Minggu, 17 Januari 2010

Persebaya vs Arema Indonesia; Siapa yang (Sesungguhnya) Menang?


Halo, sahabat...

Semua orang tahu kemarin adalah sebuah hari yang membahagiakan sekaligus menyedihkan bagi Arema Indonesia dan Aremania. Tepatnya tanggal 16 Januari 2010, Aremania resmi terbebas dari hukuman PSSI dilarang memakai atribut Aremania dalam pertandingan resmi selama 2 tahun. Aremania menerima dengan besar hari hukuman itu dan kini waktunya kebebasan. Di sisi lain, di kandang lawan yang semuanya dipenuhi suporter tim tuan rumah, Arema harus mengakui keunggulan Persebaya 2-0. Ini adalah kekalahan kedua Arema selama pentas Indonesian Super League 2009/2010. Tapi, benarkah pada hakekatnya Arema "kalah" dari Persebaya?

Atas kekalahan ini, aku teringat prinsip bahwa "setiap kejadian ada hikmahnya". Ada pelajaran yang bisa dipetik dari kekalahan itu. Pelatih Robert Alberts sudah menginstruksikan para pemain untuk menerima kekalahan ini dan mengintrospeksi kelemahan yang masih ada. Ini bagus. Sebuah tim yang kuat adalah tim yang pernah merasakan kekalahan sehingga ia tahu mana yang harus diperbaiki. Coba kalau menang terus, mana tahu kalau masih punya kekurangan. Toh Arema masih kukuh di puncak klasemen dengan jumlah kekalahan paling sedikit.

Lalu, Bonekmania. Aremania sudah sepakat untuk tidak mendukung langsung tim kesayangannya ke Surabaya untuk menghindari kekisruhan mengingat sejarah kedua kelompok yang kurang mengesankan pihak keamanan. Jadi, tak satupun Aremania yang nglurug ke Surabaya kemarin. Stadion dipenuhi puluhan ribu Bonekmania, yang artinya mereka menguasai kandangnya sendiri. Tapi, lihat yang terjadi. Bus tim Arema dilempari hingga kacanya pecah. Mobil yang mengangkut rombongan wartawan dari Malang juga dilempari batu sekepalan tangan. Selain itu, ribuan Bonekmania yang kehabisan tiket (ingat, KEHABISAN TIKET) memaksa masuk stadion yang sudah penuh sehingga terjadilah kericuhan antara mereka dengan petugas keamanan (polisi). Beberapa piranti stadion, kendaraan, dan rumah warga setempat menjadi korban.

Bandingkan dengan pertandingan antara Arema vs Persema di kandang Arema sebelumnya. Seluruh stadion dikuasai Aremania (mungkin ada beberapa Ngalamania, suporter Persema). Ada beberapa Aremania yang SUDAH PUNYA TIKET tapi tidak dapat masuk stadion karena penuh. Namun, dengan dewasa mereka tidak memaksa masuk dan harus puas menonton dari layar lebar yang dipasang panitia di luar stadion. Karena sikap baik ini, panitia memberi hadiah dengan membuka loket penukaran tiket pertandingan itu dengan tiket pertandingan Arema di kandang berikutnya bagi mereka yang SUDAH PUNYA TIKET tapi tidak bisa masuk. Coba lihat, kejadiannya persis sama! Bandingkan sikap yang ditunjukkan Aremania dengan Bonekmania!!

(Tambahan, saat Bonek ricuh tidak bisa masuk stadion, Aremania dengan tertib dan patuh pada kesepakatan berkumpul di Aula Skodam Brawijaya untuk nonton bareng.)

Kemudian, secara peringkat, Arema Indonesia masih berada di puncak klasemen dengan poin 30, jumlah yang masih sulut terkejar oleh tim-tim di bawahnya. Sementara Persebaya naik ke peringkat ke 7 dengan poin 19. Masih jauh kan jaraknya? Apalagi ditambah dengan prinsip "belajar dari kekalahan" seperti di atas, aku yakin Arema akan semakin melaju meninggalkan tim-tim yang lain!

Dengan melihat fakta-fakta di atas tadi, kembali ke laptop, jadi siapa yang sesungguhnya memenangkan pertandingan ini? Persebaya dengan Bonekmania-nya yang ricuh a.k.a merugikan kotanya sendiri dan peringkatnya yang di papan tengah, atau Arema dengan Aremania-nya yang dewasa PLUS baru saja lepas dari hukuman PSSI (yang belum tentu benar) dan peringkat topnya di klasemen?? Jawabannya tentu saja AREMA yang menang!

(Walaupun bis dilempari kaca, pemain Arema tetap tenang dan bermain sabar, serta Robert Alberts dengan ramah mau menanggapi permintaan foto bareng Bonekmania. Sebuah kedewasaan yang mengalahkan semuanya.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar